indoleaks : REKAYASA BOM BALI

Desember 2002

Bom Bali Diduga Melibatkan Asing-Lokal

Mantan kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Kabakin), ZA Maulani, mengungkap tiga kemungkinan pelaku pengeboman di Legian, Kuta, Bali (12/10). Yakni, dilaksanakan oleh operator dari luar, dari dalam negeri, atau oleh operator lokal yang bekerja sama dengan pihak luar.

Pandangan Maulani itu diungkapkan, kemarin, dalam sebuah diskusi di Jakarta. Dilihat dari dampak ledakan yang ditimbulkan, Maulani berpendapat bahwa bom yang digunakan masuk kategori micro nuke atau dikenal dengan spesial atomic demolition munition (SADM).

"Yang meledak di Bali itu bukan senjata konvensional. Dia adalah special atomic demolition munition (SDAM) yang disebut juga nuklir mikro. Bahan bakunya adalah plutonium dan uranium. Daya ledaknya setara dengan 4 ton TNT high explosive," katanya.

Bila analisisnya benar, maka serangan itu hanya bisa dilakukan oleh negara yang memiliki SADM. Negara-negara yang memiliki SDAM diperkirakan adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Israel, dan Rusia. "Tapi jangan pula berharap CIA dan Mossad akan mengakui itu bom miliknya," katanya.

Maulani sependapat dengan pandangan Joe Vialls --seorang ahli bahan peledak-- bahwa tak ada satu pun negara Muslim yang memiliki bom jenis ini. Karenanya, jika tudingan kemudian diarahkan ke Abubakar Ba'asyir atau kelompok Jamaah Islamiyah, Maulani kurang sependapat. "Mereka tak memiliki kemampuan seperti itu," katanya.

Pandangan Maulani, setidaknya, mempertegas pandangan yang dilontarkan kalangan pemerintah bahwa kasus Bali melibatkan pihak asing dan lokal. Maksudnya, penggagasnya bisa saja pihak asing, sementara pelaku di lapangan adalah orang lokal.

Mantan menhan Mahfud juga menilai bahwa pelaku pengeboman di Bali adalah profesional dari luar. "Mereka memiliki ilmu mendalam tentang dunia intelijen," ujarnya di Surabaya, kemarin.

Mahfud menambahkan bahwa pengeboman itu disiapkan cukup lama. Karena untuk memasukkan bom saja butuh waktu. "Saya yakin kalau komponen bom itu dimasukkan ke Indonesia dengan cara built up atau terurai satu per satu," katanya.

Karena kalau masuk sekaligus pasti ketahuan. "Yang bisa memasukkan komponen itu dengan aman pasti jaringan intelijen, tapi saya tidak mau mengatakan itu operasi intelijen Amerika," katanya.

Bom Itu Biasa Dipakai Militer Asing

Teka-teki jenis bom yang meledak di Legian, Kuta, Bali, sedikit demi sedikit mulai terkuak. Seorang ahli bahan peledak menyebutkan bahwa bom itu jenis C4 (C-four).

Kesimpulan ini, kata ahli bahan peledak dari TNI ini, dapat dilihat dari efek ledakan yang ditimbulkan, yakni meninggalkan warna hitam pada lokasi yang terkena ledakan. ‘Yang jelas, efeknya hitam semua,’ ujar sumber yang tidak ingin dikutip namanya ini.

Efek ledakan ini, lanjutnya, tidak berbeda dengan kasus pengeboman di depan rumah dubes Filipina di Jakarta beberapa waktu lalu. Saat itu bom teridentifikasi berbahan baku C4.

Ia memperkirakan lebih dari lima kilogram C4 dibutuhkan untuk menimbulkan ledakan yang dahsyat dengan kerusakan yang begitu parah.

Bahan peledak jenis ini, ujarnya, tidak dimiliki dan tidak digunakan satuan-satuan di dalam tubuh TNI. Ini sesuai dengan pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Ryamizard Ryacudu, di Seskoad, Bandung kemarin.

TNI, kata KSAD, hanya memiliki peledak jenis TNT, dan sama sekali tidak memiliki bom jenis C4. Oleh karena itu, menurut KSAD, peledakan tersebut bukanlah pekerjaan TNI.

Lebih lanjut ahli peledak itu mengungkapkan bahwa bahan peledak dengan daya rusak luar biasa itu digunakan oleh militer-militer luar negeri, seperti Amerika Serikat.

Lagipula, C4 termasuk langka. Dari sekian kali kasus pengeboman yang terjadi di tanah air, hanya satu kasus yang menggunakan bahan peledak jenis ini, yakni kasus pengeboman di depan rumah dubes Filipina di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Maka, kata sumber itu, bukanlah hal yang mengherankan jika C4 dimasukkan secara gelap ke Indonesia. Sementara itu, pemantauannya sangat sulit dilakukan mengingat luasnya wilayah Indonesia. Pihak TNI sendiri, katanya, sebenarnya mempunyai alat deteksi khusus C4. “Tapi, ‘kan alat ini tidak terdapat di semua tempat,” ujarnya.

Yazid Binzar, staf pengajar kimia ITB, menjelaskan C4 biasa digunakan untuk kepentingan militer. “Cuma kalangan tertentu yang tahu betul resepnya sebab sangat dirahasiakan,” tandasnya. Ia menunjukkan bahwa hanya Jerman dan Amerika saja yang tahu seluk beluk bom yang satu ini.

Kalau benar bahan peledak itu C4, maka dapat dipastikan bahwa itu tidak diproduksi oleh PT Pindad, Bandung. Peter Hermanus, ahli senjata dan amunisi dari PT Pindad, menjelaskan PT Pindad memproduksi bahan peledak jenis TNT dan ANVO.

Kabahumas Mabes Polri, Irjen Pol Saleh Saaf, mengatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki jenis bom yang meledak di Bali. Kendati belum tuntas, Saleh mengatakan bahwa ledakan itu mirip dengan yang terjadi di depan rumah kediaman Dubes Filipina di Jakarta. Saat itu polisi menyimpulkan bahwa bom tersebut berjenis C4/RDX, dengan daya ledak yang luar biasa.

Lalu apakah bom di Bali itu jenis C4? Saleh tidak mau berkomentar. “Saya ‘kan hanya ngomong kesamaan daya ledaknya, seperti di Kedutaan Filipina, belum ke jenisnya,” katanya kemarin.

Tetapi, menurut sumber di Mabes Polri, bom itu diduga kuat berjenis C4. Ini terlihat dari ciri-ciri ledakan yang menimbulkan guncangan hebat dan diikuti api dengan pembakaran tinggi. Apa yang terjadi di Bali, selain gedung-gedung hancur berantakan, juga timbul kobaran api yang luar biasa.

Selain itu, kata sumber itu, korban ledakan juga memperlihatkan tanda-tanda yang berbeda dengan korban ledakan bom biasa. Pada ledakan bom biasa, seperti berjenis TNT atau bom rakitan, tubuh korban yang hangus, berwarna hitam. Namun, pada ledakan bom C4, korban hangus, tetapi tidak gosong.

Dari mana bahan peledak itu berasal? Akankah dari luar negeri? Tidak ada yang tahu pasti. Kabarnya, dua pekan sebelum kejadian ledakan, kapal perang AS dan Australia berlabuh di Pelabuhan Benoa, Bali.

Operator Bom Bali adalah pemain domestik, bekerjasama dengan pemain asing yang menyuplai bahan peledak dan teknis operasionalnya. Ledakan kuat tersebut memang dirancang sebagai lokomotif, yang berfungsi menarik ‘gerbong-gerbong’ pemberangusan gerakan Islam di Indonesia. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi mendukung hipotesis ini.

Ada informasi dari bawah tanah. Sepuluh hari sebelum meletusnya bom Bali, sebuah komunitas intelijen mengadakan rapat, bersifat sangat rahasia, selama lima hari berturut-turut, di suatu tempat.

Hasil pertemuan itu hanya tiga butir, tapi sangat mencengangkan: Pertama, kobarkan terus daerah konflik di Indonesia. Kedua, menurunkan Kapolri. Dan ketiga, menumbangkan duet Mega-Hamzah.

Setelah pertemuan, para peserta menyebar. Seorang militer aktif, berbintang, ditunjuk sebagai operator lapangan. Satu tim pasukan elit yang secara resmi sudah tidak diakui oleh kesatuannya, tapi ternyata masih dibina, dipergunakan sebagai tim eksekusi. Tim militer itu hingga kini dikenal sebagai tim yang cukup tangguh dan punya keterampilan serta keahlian komando yang cukup prima. Sayang, tim ini sempat tercoreng namanya pada saat awal reformasi karena satu kasus pelanggaran HAM.

Beberapa hari menjelang hari H, merapat kapal perang Amerika Serikat (AS) dan kapal perang Australia di Pelabuhan Benoa, Bali. Sekadar informasi, Pelabuhan Benoa memang kerap dilabuhi kapal perang asing, namun kali ini lain dari biasanya. Saat kapal perang dari dua negara tersebut merapat, mereka langsung mensterilkan wilayah pelabuhan dalam radius 500 meter dari lokasi kapal. Pertanyaannya, mengapa mereka bisa berbuat demikian di wilayah kedaulatan Republik Indonesia? Ini hanya mungkin jika ‘pemain asing’ tersebut bekerjasama dengan ‘pemain domestik’.

Apa yang dilakukan kapal perang tersebut dan mengapa mensterilkan lokasinya? Mencari jawaban atas pertanyaan ini dan hubungannya dengan ledakan sangat kuat yang terjadi kemudian di Legian, Bali, bukan pekerjaan mudah. Namun, satu artikel hasil investigasi Joe Vialls—seorang pakar bahan peledak dan investigator independen Australia—agaknya mengungkapkan hubungan ini.

Dalam tulisan yang dilengkapi film berformat real-player, Vialls mengungkapkan bahwa satu-satunya cara yang dianjurkan untuk membawa bahan peledak berjenis Special Atomic Demolition Munition (SADM)—micro nuke—adalah lewat laut, bahkan lewat bawah laut. Lewat jalur inilah yang paling tinggi tingkat keamanannya. Belakangan, ketika kepolisian Indonesia menyatakan bom Bali adalah bom dari karbit, Vialls berkomentar pendek, “Itu analisis idiot murni.”

Kembali ke persoalan kapal perang asing. Apakah itu berarti kapal tersebut tengah membawa SADM dan melakukan ‘bongkar barang’ ketika merapat di Pelabuhan Benoa? Bisa jadi. Upaya sterilisasi lokasi kapal hingga radius 500 meter memperkuat analisa ini. Bukan mustahil, di sinilah terjadi perpindahan tangan, dari ‘pemain asing’ ke ‘pemain domestik’.

Beberapa hari kemudian, menjelang tengah malam, terjadi ledakan super hebat di depan Sari Club, Legian-Bali. Ledakan itu menewaskan 184 orang, mencederai 250 orang dan menguapkan ke udara seratusan lainnya—ini secara resmi dinyatakan hilang. Tak kurang dari 47 bangunan hancur dan ratusan mobil lebur. Getaran ledakan terasa hingga 12 kilometer dari pusat ledakan, sedang bunyi ledakan terdengar hingga puluhan kilometer.

Beberapa wisatawan asing sempat mengabadikan cendawan api raksasa yang amat menyilaukan, bahkan membutakan, yang menjulang tinggi di awan sesaat setelah terjadinya ledakan. “Tingginya sekitar seratus meter,” ujar seorang saksi mata. Ledakan itu sendiri meninggalkan sebuah kawah besar di tanah, sedalam 1,5 meter dan luasnya memiliki radius 7 meter. Sebuah ledakan yang mustahil dilakukan oleh sebuah bom rakitan dari karbit, kecuali sebongkah karbit yang dilekatkan pada mikro-nuklir!

Hanya dalam hitungan jam setelah ledakan, Yael Shahar, seorang penulis antek zionis-Israel, menyelesaikan satu tulisan di situs ICT kepunyaan Israel berjudul Al-Qaida’s Asian Web. Shahar menuding jaringan al-Qaidah di Asia Tenggara—yakni Jamaah Islamiyah—sebagai dalang dari semua itu. Ini mirip dengan fitnah yang dilontarkan Matori yang secara gegabah menuding al-Qaidah sebagai pelaku pengeboman.

Setelah meletus bom Bali, eskalasi politik berjalan amat cepat. Pertemuan demi pertemuan pejabat di jajaran Polkam diadakan beruntun. Anehnya, dari berbagai pertemuan—bagai telah disetting terlebih dahulu—semua jari menuding jaringan al-Qaidah di Asia Tenggara (Jamaah Islamiyah). Tak ada satu pun pejabat negara yang berani mengemukakan alternatif lain seperti indikasi keterlibatan CIA dan MOSSAD.

Tak lama kemudian terbitlah dua Perpu dan dua inpres. Setelah Habib Rizieq ditangkap, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang tengah sakit digelandang paksa ke Jakarta. “Siapa pun yang menyaksikan kejadian itu, hatinya pasti trenyuh dan iba,” ujar Juru Bicara Hizbut Tahrir, Ismail Yusanto. Lalau ditangkap pula Habib Hasan al-Jufri. Perlakuan polisi terhadap ulama yang satu ini sangat keterlaluan. Habib Hasan digunduli kepalanya dan di dalam penjara hanya disuruh memakai celana pendek dan kaos singlet, disamakan dengan napi kriminil. “ini bagian dari pembunuhan karakter terhadap umat Islam!” tegas Ayu Shabah, pengacara FPI.

Kasus-kasus tersebut adalah yang terliput oleh mass-media, sedang kasus-kasus yang menimpa aktivis Islam ‘ring kedua’ sama sekali luput dari pemberitaan. Di sejumlah daerah terjadi teror dan penangkapan, bahkan penghilangan nyawa, terhadap aktivis Islam. Penyusupan pun dilaporkan banyak terjadi. Bom Bali telah dijadikan pintu masuk bagi negara untuk menggasak gerakan Islam.

Banyak kalangan akar rumput menduga, jangan-jangan intelijen dan aneka penyusupan sudah terjadi sejak awal reformasi. Bahkan, jangan-jangan tumbangnya Soeharto dan munculnya era reformasi sengaja diciptakan oleh jaringan yahudi internasional—ingat, salah satu penyebab krisis ekonomi yang melanda Asia karena ditariknya uang tunai secara besar-besaran oleh seorang pialang Yahudi bernama George Sorosh. Era reformasi sengaja diciptakan untuk memprovokasi agar ‘kalangan bawah tanah’ mau naik ke permukaan. Setelah dirasa cukup, maka musuh-musuh Islam sudah memiliki data yang komplet untuk kemudian melakukan pukulan telak. Ini bisa saja terjadi.

CIA Mungkin Susupkan Agen

Sejumlah anggota Komisi I DPR mengungkapkan berdasarkan urutan atas peristiwa pengeboman di Bali serta pengalaman atas kejadian serupa di negara lain, kemungkinan Amerika Serikat (AS) telah menyusupkan agen CIA untuk melakukan aksi sesuai keinginan negara itu.

“Aktor intelektual dalam kasus ini sangat kental. Bahkan, kalau ada tuduhan AS merekayasa kasus bom di Bali, kami dapat membenarkan adanya tuduhan itu,” kata anggota Komisi I, Permadi SH, dalam Raker Komisi I dengan Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin (11/11).

Raker selama 4,5 jam sejak pukul 10.00 WIB itu dipimpin Ketua Komisi I, Ibrahim Ambong. Sebenarnya raker ini untuk membahas anggaran dan temuan penyimpangan di tubuh Polri, namun masalah aktual tidak bisa dielakkan untuk ditanyakan kepada Polri. Bahkan, masalah aktual pengeboman di Bali akhirnya mewarnai hampir seluruh alokasi waktu untuk raker itu.

Selain Permadi (PDIP), anggota lain yang mengungkap adanya infiltrasi CIA dalam pengeboman di Bali juga disampaikan Aisyah Aminy (PPP) dan AM Luthfi (Fraksi Reformasi). Permadi menjelaskan pola pelaku yang digunakan dalam pengeboman di Bali serta sejumlah kejadian lain di dunia --di mana diduga kuat ada keterlibatan CIA-- ternyata mirip dengan kejadian di Indonesia tahun 1965. Dalam kaitan kasus bom Bali, CIA kemungkinan besar telah menyusupkan intel-intelnya ke kelompok Islam garis keras mengunakan orang Arab.

Kronologi Peledakan Bali Versi Kapolri

31 Agustus
Amrozi menerima uang sebesar Rp 23 juta dari temannya, untuk membeli bahan bom dan alat transportasi roda empat dan roda dua.

Medio September
Amrozi membeli mobil Mitsubishi L-300 No Pol BK-1324-BS seharga Rp 30 juta dari Anas yang beralamat di Palang Tuban. Pembelian dilakukan lewat perantara Suharsono yang beralamat di Sugihan Selokuro, Lamongan.

Akhir September
Amrozi membeli bahan-bahan peledak di toko bahan kimia ‘Tidar Kimia’ di Jl Tidar 260 Surabaya. Di bengkel milik Silvester Tendean itu, Amrozi membeli KCLO (klorat) satu ton, belerang dua sak (50 kg), aluminium serbuk sebanyak 1 tong (40 kg), tawas 25 kg, dan klorin satu ember.
Bahan-bahan tersebut lalu dibawa oleh teman tersangka yang dikenalnya di Malaysia pada 1997, dan seorang temannya lagi dari Pemalang yang dikenalnya di Malaysia sekitar tahun 1995.

5 Oktober
Amrozi berangkat ke Bali bersama seorang temannya menggunakan kendaraan Suzuki Vitara No Pol L-731-GB, dua orang kawan Amrozi lainnya menggunakan Mitsubishi L-300 No Pol DK-1324-BS. Sedangkan adik Amrozi, sudah berada di Bali lebih dahulu. Setibanya di Bali, Amrozi dan kawan-kawan tinggal di sebuah losmen di Jl Teuku Umar. Di tempat itu, temannya memperlihatkan handphone kepada tersangka yang sudah dipasangi kabel. Amrozi lalu diikuti seorang kawannya yang menggunakan Toyota Kijang Grand Extra membeli sepeda motor Yamaha F1-ZR di sebuah show room.

10 Oktober
Amrozi kembali dari Bali

12 Oktober
Bom meledak

Intervensi CIA-Mossad

Kesaksian tentara Australia yang justru memperkuat analisis Joe Vialls tentang penggunaan bom mikronuklir di Bali telah membuat lembaga intelijen Israel-AS bergerak cepat. Agen-agen Mossad segera membuat skenario kontra terorisme dengan membuat tersangka alternatif. Pada saat bersamaan, markas CIA di Langley membuat tekanan kepada mitra sekutu dan yang menjadi subordinasinya. Pemerintah Australia dan Indonesia pun bekerjasama dalam operasi skenario pembenaran Jemaah Islamiah sebagai jaringan teroris.

Maka, tiba-tiba muncul nama Amrozi sebagai tersangka pelaku pengeboman Pantai Kuta, Bali. Amrozi disebut-sebut santri dari Pesantren Al-Islam di Lamongan, Jatim, yang dipimpin KH Zakaria. Zakaria sendiri diklaim sebagai alumnus Pesantren Al-Mukmin di Ngruki, Solo.

Bersama itu, tim investigasi Indonesia-Australia memublikasi pengakuan Amrozi berikut beberapa kwitansi pembelian potasium khlorat, sampai kemudian muncul kesimpulan polisi bahwa bom yang telah menyebabkan 185 orang tewas berkeping-keping, 300-an orang terluka bakar, 27 blok bangunan hancur lebur dan puluhan kendaraan hangus terbakar itu ternyata terbuat dari karbit. Bom itu dirakit di dalam mobil oleh Amrozi dkk.

“Penyebutan bom Bali sebagai bom yang terbuat dari potasium khlorat (bahan utama pembuatan deterjen) itu pure idiocy,” kata Joe Vialls. Klaim ini hanya rekayasa murah sesuai pesanan Amerika, Israel, dan Australia untuk memberi stigma formal bahwa pelakunya memang teroris Muslim, anggota Jemaah Islamiah, pimpinan Abubakar Baa”syir. Kesimpulan bodoh ini, kata Vialls, bertentangan dengan pengakuan resmi pemerintah Australia pekan lalu.

Situs resmi Pemerintah Australia pernah merilis informasi sebagai berikut, “Dalam waktu 10-15 detik dari ledakan pertama di Paddy’s Bar, ledakan kedua di Sari Club terjadi dengan cara yang amat dahsyat. Ledakan itu menghasilkan energi luar biasa besar dalam bentuk gas, panas, dan cahaya. Ini menimbulkan gelombang tekan, fragmentasi, dan api yang luar biasa besar dan menjadi sumber malapetaka di Sari Club. Efek cahaya dan bunyi ledakan terasa sampai radius 15 km dari pusat ledakan.”

Akibat ledakan dahsyat itu hampir 200 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Puluhan bangunan dan kendaraan juga hancur lebur. Pada hari-hari pertama pascaledakan, pemerintah Australia sendiri mengaku kehilangan banyak orang. Sedikitnya 150 orang tewas atau luka-luka, serta 140 lainnya dikabarkan hilang.

Rodney Cox sendiri selamat tidak terluka sedikit pun. Itu konon karena dia berada pada posisi vektor yang aman. Meski begitu, dia mengaku beberapa orang temannya sesama tentara ikut terluka. Coxlah yang berinisiatif mengontak Pemerintah Australia dan melakukan evakuasi besar-besaran ke sana. Dia berpartisipasi atas evakuasi 66 korban yang diangkut melalui enam kali sorti penerbangan Hercules (AC-130) ke Australia. Dia juga menyusur ke 12 RS di Bali untuk mencari korban tentara dan warga Australia.

Sekadar Sampel Pun Bom C4 Sulit Diperoleh

Bom plastik C4 yang diduga digunakan dalam pengeboman di Bali hanya dibuat oleh sedikit negara, terutama di Amerika Serikat (AS). Sangat sulit orang sipil memperoleh bahan ini.

Secara fisik bahan C4 berwarna putih, menyerupai adonan kue atau roti. Bahan ini dapat dicetak dalam berbagai bentuk untuk mencapai tingkat keamanan tertinggi. Bom jenis C4 juga memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap getaran, cahaya, dan gelap.
Menurut Mark Ribband, pemilik Ribbands Explosives--sebuah perusahaan Inggris yang memproduksi C4--bom ini hanya digunakan oleh militer. Namun demikian, ia tidak menampik sekelompok kecil orang sipil menggunakannya. ''Bom militer ini terbuat dari bahan eksplosif yang disebut RDX, yang ke dalamnya ditambahkan pemlastis polyisobutene,'' ujarnya dari Wiltshire, Inggris, melalui telepon.

Ribband menegaskan bahwa C4--yang membutuhkan detonator untuk membuatnya meledak--hanya dibuat di beberapa negara, terutama di Amerika. ''Jika Anda melihat C4 di kalangan militer negara-negara lain, itu karena adanya pengaruh Amerika di sana, seperti C4 dan M-16 berarti Amerika, sedangkan AK-47 dan Semtex mencerminkan Blok Timur.''

Menurut Ribbands, penjualan C4 dilakukan dalam proses kontrol yang ketat dan harus melalui lisensi pemerintah. ''C4 sulit dijual,' katanya. Dia menganalogikan C4 sebagai barang yang lebih dikontrol dibandingkan dengan heroin. ''Tapi, jika Anda menginginkannya, Anda bisa beli. Segala hal bisa, tinggal soal harga.''

Pembelian secara resmi, lanjutnya, sulit jika pembeli bukan pemerintah atau pengguna yang mendapat sertifikasi dari pemerintah. Di antara para pengguna peledak C4, terutama dipakai militer.

''Jika bom itu disalahgunakan, saya menduga bom itu hasil curian dari militer. Itulah yang paling gampang untuk mendapatkannya, melalui tentara yang, katakanlah, melakukan peledakan seharusnya 10 kg, tapi hanya menggunakan 9 kg. Itulah cara paling gampang untuk mencurinya,'' katanya.

Seorang ahli bahan peledak dari TNI membenarkan penjelasan Ribband soal bentuk C4. ''C4 itu 'kan fleksibel, seperti karet,'' ungkapnya.

Sejauh ini yang ia tahu bahwa kemampuan memproduksi C4 hanya dimiliki AS, serta diperuntukkan bagi keperluan militer AS. ''Sejauh pengetahuan saya, yang mengunakannya adalah militer AS. Saya belum tahu jika ada militer negara lain yang memesan dari AS,'' katanya.

Sumber itu kembali meyakinkan bahwa C4 khusus diperuntukkan bagi militer. Militer AS, katanya, benar-benar menjaga agar bahan ini jangan sampai berpindah tangan. ''Ketat sekali,'' katanya. Bahkan, permintaan militer negara lain terhadap bahan peledak berkekuatan dahsyat ini kerap ditolak mentah-mentah oleh pihak AS, sekalipun itu hanya sekadar sampel.

Sedangkan mengenai detonator, ahli bahan peledak dari TNI ini mengatakan bahwa detonator (pemicu) semua jenis bahan peledak pada prinsipnya sama. Detonator tersebut menghasilkan ledakan kecil yang akan memicu bahan peledak.

Detonator itu sendiri, katanya, bisa menggunakan sistem waktu (timer) maupun remote (gelombang). ''Jadi mau dibikin apa nggak masalah [detonator], yang penting daya ledaknya,'' ungkapnya. Sedangkan, ahli peledakan dari ITB, Irwandy Arief, memperkirakan detonator itu menggunakan sistem remote.

SKANDAL SEKS ANGGOTA DPR

5 Desember 2006

Terbongkarnya skandal mesum Yahya Zaini dengan Maria Eva semakin menguak tabir praktek serupa yang dilakukan politisi-politisi di Senayan. Yahya Zaini bukan satu-satunya, praktek semacam ini jamak dilakukan seolah membenarkan pameo seks dan kekuasaan adalah sebuah paket yang lazim.

Sejumlah anggota DPR membenarkan adanya praktek seks yang menimpa kalangan DPR, seorang staf yang tak ingin disebut namanya ini menceritakan dirinya berkali-kali mengikuti kunjungan anggota DPR yg selalu dibumbui dgn perempuan-perempuan penghibur.

“Ada beberapa anggota yang melakukan itu dalan kunjungan ke daerah. Sepertinya mereka sudah punya kontak khusus, biasanya kunjungan di kota-kota besar, setali tiga uang ada pihak lain yang menyuplai,”
Germo alias pihak yang mensuplai biasanya mitra kerja anggota DPR atau pejabat-pejabat daerah yang dikunjungi. Meski praktek semacam ini dilakukan secara tertutup namun staf yang mengikuti rombongan bukan tidak mengetahuinya. “Itu sangat tertutup, biasanya mereka karaoke bareng, sebagian membawa perempuan ke kamar tempat menginap” bebernya.

Tak hanya saat melakukan kunjungan kerja, para politisi ini biasanya juga ditemani oleh wanita-wanita cantik dalam acara-acara santai seperti main golf. Dia juga membenarkan praktek semacam ini bukan hanya hitungan jari, alias banyak anggota dewan yg terhormat melakukannya “Hampir semua melakukan ini, kecuali dari kalangan kiai, ustad atau dari partai penggiat moral. Kasus-kasusnya banyak. biasanya juga dari anggota dewan dengan background entertainment' bebernya lagi.

Habis umrah langsung dugem
Dia kemudian mencontohkan, ada anggota DPR yang baru saja kembali dari menunaikan ibadah umrah, yang mengejutkan sang politisi langsung mengajak stafnya untuk dugem. “Katanya udah gak tahan, lama gak begituan” ucap dia.

Dia juga menceritakan, di Gedung Nusantara 1 DPR ada juga anggota DPR yang memiliki afair dengan sekretaris pribadinya. “Ini konon katanya. Saya dapat cerita dari teman-teman aktivis yang juga staf di sana” tandas dia.

Menariknya, ada beberapa tempat hiburan di Jakarta yang biasa digunakan oleh para wakil rakyat ini. Dia meyebutkan dua buah hotel di bilangan Thamrin dan Senayan yg biasa dijadikan tempat esek-esek anggota dewan.

“Itu bisa ditelusuri isinya apa. Tempatnya khusus member. Saya dengar ini dari seorang manajer artis. Tempatnya sekarang masih ada dan prakteknya berlanjut. Ada juga di tempat karaoke yang mahal di Jakarta, yang nggak bisa dimasuki orang biasa,” beber dia panjang.


Kondom di gedung DPR

Permesuman di gedung wakil rakyat di Senayan sudah jadi rahasia umum. Hingga Rabu (6/12) atau sepekan setelah terbongkarnya skandal anggota Fraksi Partai Golkar Yahya Zaini dan pedangdut Maria Eva, aroma permesuman masih terasa.

Di saluran pembuangan air dari Gedung Nusantara I, II, III, dan IV Gedung DPR, masih bisa ditemukan kondom bekas terpakai. Pusat pengaturan saluran pembuangan air itu sendiri terletak persis di depan kafetaria di dekat lobi gedung Nusantara I. Sekilas, bangunan penutup saluran pembuangan ini mirip dengan bangunan gardu listrik. Setiap paginya saluran ini dibersihkan. “Hampir setiap hari ada saja kondom yang ditemukan,” ujar pengawas saluran.

Petugas ini memastikan kondom itu berasal dari dalam gedung DPR karena saluran dari pipa ini tidak tercampur dengan saluran dari luar gedung. Tapi petugas ini tidak pernah melihat secara langsung kegiatan esek-esek di gedung DPR. “Kalau lihat sendiri belum. Tapi dengar-dengar sudah sering,” paparnya.

Berbeda dengan petugas saluran air, petugas pengamanan dalam (pamdal) gedung menegaskan bahwa semua orang sudah tahu adanya esek-esek di kompleks ini. “Dulu ada office boy langsung dipecat lantaran memergoki anggota dewan (DPR) yang sedang berselingkuh, “ ungkapnya.

Karena itulah kini para pegawai kebersihan yang setiap hari bertugas memasuki ruang kerja anggota DPR pada bungkam seribu basa. “Itu kan masalah pribadi, jadi tidak usah dibicarakan, “ kata seorang petugas kebersihan.

Petugas ini juga menegaskan bahwa ia belum pernah sekalipun menemukan kondom ketika sedang bersih-bersih. “Anda mungkin salah alamat. Di sini orangnya baik-baik,” ujarnya.

Ada empat gedung utama di kompleks rumah wakil rakyat ini, yakni Gedung Nusantara I, II, III, dan IV. Gedung Nusantara I yang memiliki 23 lantai juga digunakan sebagai kantor fraksi-fraksi. Nah, Yahya Zaini yang belakangan dihebohkan berkantor di lantai 12. Tapi belakangan suasana lantai 12 rada sepi. Pemandangan di sana sangat kontras dengan pemandangan di lantai I yang nyaris ramai setiap hari karena digunakan untuk rapat.

Selain gedung utama untuk rapat, ada juga bangunan lain seperti gedung sekretariat jenderal, gedung pelayanan kesehatan, dan kantin.

Sementara itu seorang staf DPR mengatakan bahwa sejumlah anggota DPR yang suka berselingkuh punya selera tinggi. Bagi kelompok ini, harga pasangan tidak jadi soal.

Biasanya, kaum perempuan cantik yang menjadi langganan Senayan merupakan anggota sebuah jaringan yang bekerja sangat rapi. “Tapi brokernya atau penyalurnya saya tahu,” kata staf pribadi seorang anggota DPR tersebut.

“Bahkan ada yang dipekerjakan sebagai staf pribadi. Nah, kalau bosan, anggota DPR bisa menggantinya kapan saja dia mau,” katanya. “Mereka itu berasal dari satu jaringan. Bisa ditukar kapan saja, dibawa ke mana saja, termasuk dalam perjalanan dinas,” ujarnya lagi.

Perempuan yang menjadi staf dadakan seperti ini digaji dari kocek pribadi anggota DPR. “Honornya secara bulanan, di luar tips harian, di luar tanggungan biaya rumah kontrakan, dan sebagainya,” katanya.

Anggota DPR yang takut-takut memilih mencari pasangan dari luar. Perempuan bebas seperti ini bisa ditemukan di beberapa rusun, dengan tarif termurah Rp 10 juta. Pasca reformasi tahun 1998, gedung DPR tak ubahnya pasar kaget.

Tak bisa lagi dibedakan antara wartawan yang bertugas mencari berita dan pemasok perempuan yang berkeliaran di sana. Suasana seperti itu pula yang bisa mengelabui masuknya perempuan-perempuan cantik di Senayan. Perempuan seperti itu dikenal sebagai “sekwilda” alias suka memamerkan sekitar wilayah dada.

Warisan Negara untuk Rakyat Indonesia

Agustus 2002

Apa warisan yang akan diberikan pemerintah kepada anak cucu kita? Tak ada kata lain kecuali: utang. Ketika krisis belum menimpa kita, utang luar negeri pemerintah sudah cukup besar. Ketika krisis ekonomi menerpa, utang bukan lagi besar, tetapi menggunung, apalagi utang itu berupa dolar, sehingga total rupiahnya menjadi sangat besar. Belum lagi utang dalam negeri.

Posisi keuangan negara kita saat ini sudah besar pasak daripada tiang. Mengapa? Karena jumlah utang negara sudah melebihi produk domestik bruto (PDB), sekitar 101 persen. Itu artinya, produk yang dihasilkan di negara tercinta ini tidak cukup untuk membayar utang negara.

Data tiga tahun lalu menunjukkan bahwa utang luar negeri kita mencapai 146 miliar dolar AS di mana 45 persen adalah utang pemerintah. Pada saat yang sama, utang dalam negeri --yang sebelumnya nyaris tidak pernah dilakukan-- mencapai Rp 650 triliun. Dengan begitu, saat ini total utang dalam rupiah mencapai Rp 2.100 triliun.

Dengan total utang asing 146 miliar dolar AS tersebut berarti Indonesia menempati urutan kelima sebagai pengutang terbesar di bawah Brasil (232 miliar dolar), Rusia (183 miliar dolar), Meksiko (159 miliar dolar), dan Cina (154 miliar dolar). Bedanya, negara-negara tersebut mempunyai PDB yang besar sehingga rasio utangnya rata-rata di bawah 50 persen PDB.

Siapa yang menciptakan utang tersebut? Menurut pengamat ekonomi Revrisond Baswir, adalah mereka yang memegang pemerintahan, alias rezim. Jadi rezim Soeharto, rezim Habibie, rezim Gus Dur, dan rezim Megawati yang telah menggelembungkan utang. Tetapi celakanya, rakyat juga yang harus menangggungnya.

Rakyat miskin di Kalimantan Barat sana, rakyat miskin di NTT sana, rakyat miskin di Papua sana, bahkan juga rakyat miskin di Jakarta (Anda tahu, ketika sebagian orang bersuka cita meramaikan tujuhbelasan ada seorang pria dewasa yang mati karena kelaparan di Tanjung Priok), tidak bersalah apa-apa. Tetapi, mereka harus menanggung kesengsaraan yang diakibatkan oleh rezim korup yang gemar berutang.

Dana negara yang semestinya untuk mengentaskan kemiskinan, harus dilarikan untuk membayar utang. Kita lihat saja dalam RAPBN 2003, dari total pengeluaran Rp 354,1 triliun, untuk membayar bunga utang Rp 80,9 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri Rp 16,7 triliun. Demi utang pula, subsidi BBM akan dicabut sehingga kesengsaraan mereka makin sempurna.

Rezim itu sendiri tidak akan menanggung derita atas utang yang dibuat. Bahkan mereka menikmatinya. Misalnya, tur Megawati ke berbagai belahan dunia selama setahun pemerintahannya. Menurut penelusuran Perhimpunan Indonesia Baru, biaya perjalanan itu menghabiskan Rp 205 miliar! Hasilnya? Nol.

Pada masa lalu menurut Bank Dunia, volume utang luar negeri yang diselewengkan rezim Soeharto mencapai 30 persen. Tetapi, diyakini bahwa persentase tersebut masih terlampau kecil karena kenyataannya bisa separuhnya. Dan rezim sekarang, penggerogotan uang pinjaman bukan terus berkurang, sekali pun sudah ada reformasi.

Selama ini untuk mengatasi beratnya pembayaran utang tersebut, pemerintah melakukan penjadwalan utang. Pada Paris Club II disetujui 0,7 miliar dolar, kemudian Paris Club III April silam 5,0 miliar dolar dengan jangka 10 sampai 30 tahun. Siapa yang membayar? Ya, siapa lagi kalau bukan anak cucu kita.

Memang, ada upaya lain yang dilakukan, tetapi bukan oleh menteri perekonomian, melainkan menteri agama. Ceritanya, berdasarkan ramalan paranormal, di situs Batutulis, Bogor terdapat harta karun yang nilainya cukup untuk membayar semua utang pemerintah. Maka menteri agama tanpa malu-malu bergegas menggali situs tersebut dan berharap ramalan klenik itu benar.

Kasihan anak cucu kita. Sudah diwarisi utang yang sedemikian besar, masih pula diwarisi budaya klenik dalam menyelesaikan masalah bangsa.

Amerika Rekayasa Ba’asyir

Mantan Penerjemah Deplu AS Akui Amerika Rekayasa Ba’asyir
14 January 2005

Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Ma’arif dan mantan penerjemah Deplu AS Frederick Burk memberi kesaksian. Dua saksi penting dalam penangkapan Ustadz Abubakar Ba’asyir, Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Ma’arif dan mantan penerjemah Deplu AS Frederick Burk mengatakan, penangkapan pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki itu adalah rekayasa Amerika Serikat (AS).

Setelah sidang ke-12 kasus Abubakar Ba’asyir yang digelar di gedung Auditorium Departemen Pertanian, Ragunan, Jakarta, Kamis (13/1), dua dari enam saksi yang dihadirkan Tim Pembela Abubakar Ba’asyir memberi kesaksian tentang adanya campur tangan AS tersebut.

Di hadapan Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum, saksi pertama Syafii Ma’arif yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah mengungkapkan bahwa pada tanggal 28 Maret 2004 mantan Duta Besar AS untuk Indonesia, Ralph Boyce menemui dirinya di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat.

Diungkapkan Ma’arif, bahwa tujuan Boyce datang ke kantor PP Muhammadiyah awalnya untuk menyerahkan foto dirinya dengan Presiden George W Bush saat bertemu di Bali bulan Oktober 2003 lalu.

Namun dalam pembicaraannya, ternyata Boyce juga meminta dirinya melakukan lobi kepada pejabat-pejabat hukum di Indonesia seperti Kepala Polri dan Ketua Mahkamah Agung (MA) agar tidak membebaskan Abubakar Ba’asyir dari tahanan hingga usai pemilihan umum April 2004. Alasannya, Ba’asyir merupakan orang yang berbahaya dan termasuk kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang selama ini melakukan berbagai aksi terorisme.

“Dengan tegas Saya katakan kepada Boyce bahwa Saya tidak mau melakukan itu. Saya juga katakan bahwa MA telah mengeluarkan keputusan untuk membebaskan Ba’asyir.”ujar Ma’arif.

Dalam persidangan tersebut, Ma’arif mengungkapkan bahwa secara pemikiran dirinya memiliki banyak perbedaan dengan Ba’asyir. Menurutnya, Ba’asyir memang radikal tetapi hal itu sebatas wacana saja. "Yang saya tahu, Ba’asyir tidak radikal dalam tindakan," katanya.

Permintaan AS

Sementara itu saksi kedua yakni mantan penerjemah Deplu AS Frederick Burk mengakui bahwa utusan khusus Presiden George W Bush pernah meminta agar Ba'asyir ditangkap dan diserahkan ke AS.

Frederick Burk yang bersaksi dengan penguasaan bahasa Indonesia yang sangat baik dan lancar, mengaku sudah mendengar nama Ba'asyir sejak bulan September tahun 2002 silam. Burk menceritakan awal-awal kejadian dimana akhirnya ia diikut sertakan dalam pertemuan dengan Presiden Megawati.

"Ketika itu saya mendapat telepon dari Ibu Karen Berg, anggota National Security Council (Dewan keamanan AS). Dia menelepon saya agar bersedia ikut berkunjung ke Indonesia guna mengikuti sebuah rapat rahasia yang diadakan di rumah pribadi Presiden Megawati,"tutur Burk.

Karena sudah merupakan tugasnya sebagai penerjemah, Burk mengatakan dirinya langsung memenuhi ajakan tersebut. Dalam pertemuan di rumah Presiden Megawati tersebut, lanjut Burk, dihadiri oleh Ralph L Boyce (Dubes AS untuk Indonesia), Karen Berg (Dewan keamanan AS) dan seorang utusan Bush yang tidak ia ketahui namanya. “Sedangkan dari pihak Indonesia hanya Megawati seorang diri," katanya.

Burk juga mengaku pertemuan ini bukan pertemuan pertamakalinya dengan Megawati. "Sebelumnya saya pernah bertemu Megawati pada 18 September 2001 saat Megawati berkunjung ke Washington bertemu Bush," tambahnya.

Dalam pertemuan itu, kata Burk, utusan khusus Presiden Bush menjelaskan kepada Presiden Megawati tentang kesaksian Umar Al Farouq yang mengatakan bahwa kelompok JI yang dikepalai Abubakar Ba’asyir pernah melakukan percobaan pembunuhan terhadap Megawati sebanyak dua kali. “Selain itu disebutkan pula bahwa Ba’asyir merupakan dalang aksi pengeboman di Indonesia yang terjadi pada malam Natal,"papar Burk.

Atas alasan-alasan tersebut, lanjut Burk, utusan khusus Bush itu meminta Presiden Megawati untuk menyerahkan Ba'asyir kepada AS. Namun, Megawati menolak dengan alasan hal itu tidak mudah dilakukan. “Ba’asyir itu beda dengan Al Faoruq. Di Indonesia , Ba’asyir itu sangat terkenal dan banyak orang yang tahu tentang dia. Sehingga saya tidak bisa memenuhi permintaan anda,”ujar Burk menirukan jawaban Megawati.

"Ada oknum pejabat di pemerintahan Amerika yang ingin supaya kelihatan bahwa teror itu ganas sekali. Padahal, teror itu sebenarnya tidak begitu banyak, tapi dibesarkan, dibuat semacam momok untuk menakuti-nakuti seluruh umat di dunia ini, supaya mereka mendukung perang," ujar Burk, Kamis di Jakarta.

Warga negara AS yang kini jadi peneliti itu mengaku cukup yakin bahwa ada intervensi pemerintahnya dalam kasus terorisme yang didakwakan pada Amir Majelis Mujahidin Indonesia, sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki ini.

Persidangan atas Abubakar Ba’asyir dimulai pada 28 November 2004, dan pada Kamis (13/1) memasuki persidangan yang ke-13. Ba'asyir dituduh sebagai Amir Jamaah Islamiyah (JI), ‘hantu’ yang selalu dimunculkan setiap ada aksi bom. Hingga kini, semua tuduhan terhadap Ketua Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu belum pernah terbukti.

Ada Manipulasi Tingkat Tinggi dari AS

Sidang Ba'asyir
Burks: Ada Manipulasi Tingkat Tinggi dari AS

Gatra, Jakarta, 13 Januari 2005

Mantan penerjemah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Frederick Burks (46) merasa kurang yakin kalau Abu Bakar Ba'asyir bersalah, sekaligus menilai, ada manipulasi tingkat tinggi dari AS.

"Ada oknum pejabat di pemerintahan Amerika yang ingin supaya kelihatan bahwa teror itu ganas sekali. Padahal, teror itu sebenarnya tidak begitu banyak, tapi dibesarkan, dibuat semacam momok untuk menakuti-nakuti seluruh umat di dunia ini, supaya mereka mendukung perang," ujar mantan penerjemah pertemuan Presiden George W Bush dan Presiden Megawati, beberapa waktu lalu di Washington itu kepada wartawan, seusai sidang Ba'asyir yang digelar Pengadilan Negeri Jaksel, Kamis di Jakarta.
Warga negara AS yang kini jadi peneliti itu mengaku cukup yakin bahwa ada intervensi pemerintahnya dalam kasus terorisme yang didakwakan pada Amir Majelis Mujahidin Indonesia, sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki ini.

Sebagaimana disebutkan dalam artikel harian The Washington Post edisi 9 Desember 2004, Fred Burks menyatakan bahwa dalam pertemuan itu, Bush meminta pemerintah RI menyerahkan Ba`asyir kepada Pemerintah AS, namun Megawati menolak permintaan tersebut.

Burks kepada koran itu mengungkapkan, tiga pekan sebelum terjadinya bom Bali, diadakan pertemuan rahasia di rumah Megawati di Jalan Teuku Umar Jakarta, pada 16 September 2002, yang dihadiri Ralph R. Boyce, duta besar AS untuk Indonesia pada saat itu, Karen Brooks, direktur Asia dari National Security Council, dan dirinya.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 20 menit itu pihak AS kembali meminta agar Ba`asyir diserahkan kepada Amerika karena terkait jaringan Al-Qaeda, namun permintaan tersebut kembali ditolak oleh Megawati.

Tak takut teror

Meski telah mengeluarkan pernyataan kontroversial, Burks sama sekali tak takut ancaman dari pihak mana pun. "Saya tidak pernah diancam, karena saya percaya benar kepada Tuhan, dan Tuhan akan selalu membimbing saya. Saya tidak takut, dan yakin tidak akan terjadi apa pun," kata Burks, yang baru pertama kali ini bertemu langsung Ba'asyir, dan bersaksi selama satu jam itu.

Burks yakin, Islam tak identik dengan teror. Malah, ia menjamin, hampir semua orang Amerika yang tidak memercayai bahwa Islam identik dengan teror.

Namun, menjawab pertanyaan wartawan tentang penilaian dia, siapa kira-kira pembuat teror sebenarnya, Burks mengaku sulit menjawabnya. "Ya itu cukup rumit kalau menjawab itu," katanya.

Saya Tidak Takut Dibunuh

Wawancara dengan Fred Burks, Saksi Kasus Abu Bakar Ba’asyir

Sabtu, 15 Jan 2005 Jawapos

FREDERICK Black Burks -atau Fred Burks seperti yang tertera dalam kartu namanya- menjadi terkenal tiba-tiba. Bujangan kelahiran New Jersey, Amerika Serikat, 20 Februari 1958 itu tampil di panggung pengadilan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang mendapat sorotan luas.

Terlebih, kesaksian mantan penerjemah Deplu AS tersebut sangat menyudutkan negaranya, Amerika Serikat. Sebab, dia menyebut Bush minta Presiden Megawati mengirim Ustadz Abu Bakar Ba’asyir ke Amerika. Megawati menolak permintaan itu.

Kini banyak orang ingin tahu sosok Burks. "Ya, saya kebajiran undangan. Tapi, Senin besok saya sudah balik ke California," aku Burks saat diwawancarai Jawa Pos secara khusus di Universitas Paramadina kemarin.

Burks sangat fasih berbahasa Indonesia. Dia memang sudah menjadi intepreter di Deplu AS sejak 1986. Pada 1995, Burks naik pangkat menjadi interpreter top di Gedung Putih. Dia pun dipercaya mendampingi pertemuan tingkat tinggi Presiden Bill Clinton dengan para tamunya, khususnya dari Indonesia. Burks pernah mendampingi presiden Amerika saat menerima Presiden Soeharto, Presiden Habibie, dan Presiden Megawati.......

Dia memutuskan keluar dari Gedung Putih pada November 2004 karena ada aturan baru yang melarang penerjemah membuka isi pembicaraan pejabat Amerika dengan tamunya. Setelah itu, Burks dan jaringannya mengerjakan riset yang berusaha membongkar jaringan elite penguasa Amerika yang merekayasa berbagai kejadian di seluruh dunia.

Termasuk yang dikritisi Burks adalah peristiwa ambruknya gedung WTC atau dikenal peristiwa 9/11 yang dituduhkan pada Usamah Bin Laden dan jaringan Al-Qaidah.

"Semula saya tak percaya adanya teori konspirasi. Tapi, setelah menyaksikan berbagai kebohongan, rekayasa oleh oknum penguasa elite, mata saya jadi terbuka. Ini harus dibongkar. Makanya, saya bersedia menjadi saksi kasus Ustadz Abu Bakar Ba’asyir," akunya penuh semangat.

Sebelum diundang menjadi saksi di Indonesia, Fred Burks dan jaringannya yang aktif menyuarakan perlunya membongkar berbagai kejadian yang direkayasa elite penguasa Amerika mulai mendapat perhatian publik Amerika. "Saya mulai sering diundang pihak kampus. Atau diwawancarai media setempat," akunya.

Meskipun sebagian besar masyarakat AS diakuinya belum siap menerima pemikiran-pemikiran kelompoknya, mulai muncul media alternatif. "Makanya, sekarang mulai muncul media alternatif di Amerika Serikat yang mulai mencoba membongkar berbagai kejadian rekayasa. Oplahnya pun puluhan ribu, tapi tak pernah diekspos media besar Amerika. Makanya, masyarakat Amerika Serikat tak banyak yang tahu. Terus terang, media di Indonesia lebih kritis," pujinya.

Lalu, apa motivasi Burks yang tiba-tiba bersedia menjadi saksi dalam kasus Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang dituduh sebagai otak jaringan Jamaah Islamiyah (JI) untuk wilayah Asia Tenggara yang kini anggotanya sangat diburu Amerika. Apa pula komentarnya terhadap Direktur Internasional Crisis Group (ICG) Sidney Jones yang punya pandangan berbeda daripada dirinya? Apa pula komentarnya soal bom Bali? Apa pula harapannya terhadap Megawati setelah dirinya memberikan kesaksiannya?

Berikut petikan wawancara dengannya:

Bisa diceritakan kembali, bagaimana suasana pertemuan di rumah Presiden Megawati 16 September 2002 (bukan 18 September 2001) saat itu?

Setelah di sini (Indonesia), saya baru tahu kalau Ibu Mega punya dua rumah. Apakah pertemuan itu dilakukan di rumah Ibu Mega di Jalan Teuku Umar atau Kebagusan, saya tidak tahu. Karena saya hanya lihat satunya. Kalau diajak ke sana, mungkin saya bisa memastikan. Seperti saya ceritakan di pengadilan, pertemuan itu diikuti utusan khusus dari CIA, anggota Dewan Keamanan Nasional Amerika Kareen Brooks, dan Dubes Amerika untuk Indonesia Ralph L. Boyce. Sebagai penerjemahnya, saya sendiri. Pertemuan itu sangat dirahasiakan dan berlangsung cukup singkat. Antara 20 sampai 30 menit.

Apa komentar Megawati setelah utusan khusus Presiden George W. Bush minta Ustadz Abu Bakar Ba’asyir bisa diekstradisi ke Amerika?

Seperti sudah saya jelaskan di persidangan, Ibu Megawati tidak segera menjawab. Setelah menghela napas dalam-dalam, baru Ibu Megawati menjawab. Persisnya kurang lebih begini. "Maaf, saya tidak bisa memenuhi permintaan Anda. Soalnya, kalau dia (Ba’asyir) saya serahkan, orang ini terlalu terkenal, nanti bisa menyulitkan posisi saya," jawab Ibu Megawati.

Bagaimana reaksi utusan khusus Presiden George W. Bush tadi?

Tampaknya, utusan khusus presiden Amerika tadi sedikit kaget atas jawaban Ibu Megawati. Dia pun mendesak kembali secara halus. "Saya bisa mengerti kesulitan yang Anda akan alami. Tapi, perlu Anda tahu, Ba’asyir orang yang berbahaya kalau tidak diserahkan sebelum pertemuan Presiden Amerika-Presiden Megawati. Dari keterangan Omar Al-Farouk (yang ditangkap di Jawa Barat dan diserahkan ke AS, Red), JI yang dipimpin Ba’asyir mencoba membunuh Megawati dua kali. Ba’asyir juga otak pengeboman beberapa gereja di Indonesia saat malam Natal tahun 2000," terang utusan tadi meyakinkan Ibu Mega.

Apa reaksi Ibu Megawati setelah mendengar penjelasan utusan presiden AS tersebut?

Ibu Megawati hanya mendengarkan secara serius, tapi tetap pada pendiriannya. Ibu Megawati juga tidak berusaha bertanya apa bahayanya kalau tidak menyerahkan Ustadz Ba’asyir.

Tapi, kabarnya Ibu Mega sempat menjawab saat utusan presiden AS itu berupaya meyakinkan perlunya ekstradisi Ba’asyir ke AS?

Iya, Ibu Mega memang sempat menjawab singkat, "Kecuali kalau ada opini negatif terhadap dia (Ustadz Abu Bakar Ba’asyir)." Setelah itu, pertemuan ditutup dan selesai.

Sebulan setelah pertemuan utusan presiden AS dengan Presiden Megawati, tepatnya 12 Oktober 2002, meledak bom Bali. Apakah itu berkaitan dengan "kecuali kalau ada opini negatif terhadap Ustadz Ba’asyir" tersebut?

Mau tidak mau, saya harus mengait-ngaitkan. Bisa jadi itu rekayasa oknum elite penguasa AS dengan memanfaatkan orang lokal sebagai pelakunya. Tujuannya, membuat citra Ba’asyir negatif karena disangka sebagai otaknya. Yang jadi pertanyaan besar, mengapa banyak turis Australia yang menjadi korban dalam peristiwa bom Bali? Apalagi, pemerintah dan rakyat Australia sebelum bom Bali kurang mendukung perang terhadap terorisme yang dimotori AS. Tapi, setelah banyak warganya yang jadi korban, seketika pemerintah Australia serta merta mendukung perang terhadap terorisme. Pertanyaannya, siapa yang paling diuntungkan dari meletupnya bom Bali? Di situ kunci jawabannya.

Lalu, bagaimana ceritanya Anda bisa menjadi saksi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir?

Sebelum menjadi saksi di persidangan Ustadz Ba’asyir, saya mulai sering diwawancarai media lokal Amerika dan diundang menjadi sumber di beberapa kampus berkaitan dengan aktivitas yang saya lakukan. Yakni, membongkar jaringan elite oknum penguasa atas berbagai rekayasa kejadian di seluruh dunia. Beberapa majalah di Indoneia pun mewawancarai. Setelah itu, saya ditelepon Adnan Wirawan (salah satu pengacara Ustadz Ba’asyir) yang meminta kesediaan saya menjadi saksi di persidangan Ustadz Ba’asyir. Saya setuju, kalau itu perlu.

Apakah Anda tidak takut ancaman dari pemerintah Amerika, misalnya ancaman pembunuhan karena sudah menelanjangi negara Anda?

Saya tidak takut dibunuh. Saya percaya Yang di Atas. Sebagai saksi, saya hanya mengungkapkan apa yang saya tahu, saya yakini itu benar. Apalagi, keterangan yang saya sampaikan saling menguatkan dengan keterangan Pak Syafi’i (Ketua PP Muhammadiyah Prof Ahmad Syafi’i Ma’arif). Saya pun tidak mencari musuh.

Saya juga percaya, masih banyak orang Amerika maupun pejabatnya yang masih baik dan menggunakan hati nurani. Yang saya bongkar adalah jaringan rekayasa elite penguasa Amerika yang banyak membuat kejadian rekayasa di seluruh dunia, termasuk peristiwa 11/9. Saya sadar, itu tidak mudah. Masyarakat Amerika pun banyak yang belum siap untuk membongkar, termasuk medianya.

Tapi, tidak semua orang Amerika berpandangan seperti Anda. Direktur Internasional Crisis Group (ICG) Sidney Jones, misalnya, justru menuduh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir adalah pemimpin Jamaah Islamiah (JI) Asia Tenggara. Komentar Anda?

Saya tidak percaya analisis Saudara Sidney Jones. Dia mungkin tidak banyak tahu soal rekayasa oknum elite penguasa Amerika. Apalagi, Sidney berangkat dari aktivitas human rights sebelum memutuskan mendalami penelitian jaringan terorisme. Mungkin sebelum masuk ke Asia Tenggara, Sidney mendapat laporan yang tidak tepat atau keliru dari jaringan intelijen.

Kasarnya, Sidney salah sumber sebelum meneliti soal terorisme. Akhirnya, Sidney mempercayai seperti saat ini. Saya sendiri semula tidak yakin soal adanya konspirasi elite penguasa Amerika untuk membuat berbagai kejadian rekayasa. Tapi, setelah mendengar, tahu dan mengalami sendiri, dan masukan dari bekas anggota FBI, CIA, saya jadi berpikir. Banyak kebohongan yang dilakukan mereka. Jadi, kebohongan itu harus diungkap dan dibongkar. Itu yang saya lakukan sekarang.